kayu keling

kayu keling

Ciri-Ciri Kayu Sono Keling – Mitos beserta Manfaat Kayu sono keling merupakan salah satu jenis kayu keras yang sangat terkenal di Indonesia. Kayu ini memiliki bobot antara 0,77-0,86 dengan sekitar 15 persen kadar air di dalamnya. Permukaan kayu sono keling terkenal halus sehingga memberikan kesan kemewahan dan keanggunan pada produk-produk kayu yang dihasilkan. Kayu ini juga memiliki peran penting dalam pembuatan alat musik dan senjata karena suaranya yang merdu dan nyaring. Kayu sono keling adalah jenis kayu asli dari Pulau Jawa dengan kualitas tinggi dan bertekstur gelap. Kayu ini kerap digunakan sebagai material untuk furnitur rumah dan merupakan salah satu jenis kayu ternama selain kayu jati, kayu ulin, dan kayu MDF. Kayu sono keling tergolong ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat, dengan arah serat lurus dan kadang-kadang berombak. Selain itu, kayu ini awet dan tahan terhadap serangan rayap kayu kering serta sangat tahan terhadap jamur pembusuk kayu. Namun, kayu sono keling tidak hanya memiliki manfaat fisik semata, melainkan juga dipercayai memiliki nilai mitos yang dianut oleh masyarakat sekitar. Dalam dunia perdagangan kayu internasional, kayu sono keling dikenal dengan nama Indian Rosewood, East Indian Rosewood, Bombay blackwood, atau Java palisander (Inggris), Palisandre de l’Inde (Perancis). Secara botani, pohon sono keling tergolong ke dalam suku Fabaceae. Rayap kayu kering merupakan salah satu jenis rayap pemakan kayu yang bisa menyerang furnitur kayu. Mereka dapat hidup di dalam koloni kecil, biasanya kurang dari 1.000 individu dan seluruhnya hidup di dalam potongan kayu. Rayap kayu kering tidak seproduktif beberapa jenis rayap yang lain, namun kerusakan yang ditimbulkannya dapat menjadi substansial. Saat ini, kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pengelolaan kayu industri membutuhkan kayu sebesar 57,1 juta m3/tahun, namun hutan alam dan hutan tanaman baru hanya bisa menghasilkan kayu sebesar 45,8 juta m3/tahun, sehingga defisit kayu terjadi sebesar 11,3 juta m3/tahun. Ketersediaan dan keberlanjutan kayu sono keling dan kayu lainnya perlu dijaga dengan baik demi keberlangsungan industri kayu di Indonesia.